Ads 468x60px

Jumat, 19 April 2013

TWINS I (AKU...)


Desiran ombak ditepi lautan menambah hangatnya suasana di serue. Desa kecil yang ditempati oleh muhlis. Disepanjang jalan menuju desa kecil itu terpajang berbagai banyak pamflet akan reklame akan mempromosikan daerah wisata tersebut,jikalau suasana telah memasuki malam hari banyak lampu yang berkelip kelip menambah indahnya desa kecil dengan pantai yang indah dengan hiasan lampu disepesisirnya.

Pada sore itu, muhlis beranjak keluar rumah untuk menikmati pemandangan pantai didermaga dekat masjid yang tidak jauh dari rumahnya, ia pun lekas berangkatdengan mengayuh sepedahnya dengan kencang, tak lama pun ia telah sampai ditempat yang biasa ia nikmati pemandangan sunside disore hari tersebut. “hayclis, wah sendirian saja” sapa temannya yang baru saja tiba dengan kawankawannya yang lain sebut saja rama, muhlis dengan agak terkejut mendengarsapaan dari kawan kawannya yang memecah keheningan lamunanya dalam menikmatiindahnya matahari terbenam disore itu. “iya, aku sendirian aja, kalian tumben kemari. Biasanya aku tidak berjumpa dengan kalian disini”, sapa muhlis membukapercakapan dengan teman temannya. “kami mengikutimu kemari karena melihatmu setiap sore selalu kedermaga ini?”, balas ari yang merupakan teman sekelasdengan muhlis dan juga rama, mereka bertiga merupakan sahabat karib sejak sdhingga sma, “iya beberapa hari terakhir ini aku sering menghabiskan waktudisini memandangi matahari terbenam diufuk timur”, imbuh muhlis, “temen temenayo, kita keujung dermaga sana, sungguh nikmat pemandangan disana”, ajak muhliskepada kedua temannya, mereka bertiga pun beranjak dan berlari menuju ujungdermaga itu.
Sembarimemandangan ikan ikan dan menikamati hembusan angin sore hari yang sepoi sepoi,rama membuka percakapan diantara mereka bertiga, “teman teman sebentar lagi kankita akan un, dan akan melanjutkan belajar kita di perguruan tinggi, apakahkita masih bisa bertiga lagi?”, ari menghela napas mendegarkan ucapan rama,“yah...” ari memejamkan matanya membayangkan apa yang akan hendak merekalakukan ketika mereka bertiga telah lulussma nanti, “bagaimana menurutmu,clis?” tanya ari kepada muhlis, sembari menoleh kepada kedua temannya denganmelempar senyuman kepada kedua temannya, “hehehe...”muhlis pun tertawa mendengar pertanyaan kawannya itu “tidak perlu lah kita pikirkan, kita nikmatisaja sunside disore ini kawan,..” berdiri dan mengambil batu dan melemparkannyake lautan biru tersebut, “clis, kamu bercanda mulu”, jawab ari yang agak sebeldengan ekspresi wajah muhlis yang tidak telalu mempedulikan pertanyaan temantemannya, “bener juga sih, kita hadapi saja apa yang dihadapan kita, dan gakperlu memikirkan hal hal yang belum terjadi” tambah rama menengahi pembicaraankedua temannya tersebut, “ayo kita berlomba melempar batu ke lautan denganmenyebutkan cita cita kita masing masing?”, imbuh rama kepada kedua kawannyasambil mengambil batu dan melemparkannya ke lautan, “ayo” teriak muhlis danari, dengan sigap ari melemparkan batu yang digenggamnya ke lautan danberteriak “aku ingin menjadi advokat”..., dilanjutkan dengan rama yangmelemparkan batu dan berteriak “aku ingin menjadi polisi...”, setelah keduatemannya melakukan hal tersebut muhlis pun tak hendak melakukan apa yangdikerjakan kedua temannya tersebut, “ayo muhlis, lakukan...” dengan serempak aridan rama pun berucap kepada muhlis, “aku ingin menjadi AKU...” ucap muhlissembari melemparkan batu dan melompat...dengan agak heran teman temannyaberkata “kamu ingin menjadi aku, apa maksudnya” lanjut rama, “kawan tidakperlu, kalian pikirkan yang penting kita berpegang teguh dengan cita cita kita”kata muhlis dengan merangkul kedua kawanya tersebut, dan mereka pun menikmatiindahnya sunside didermaga ketika sore hari itu.
Muhlismerupakan seorang anak laki laki yang tangguh, yang mempunyai cita cita inginmembanggakan orang tuanya, ia selalu berusaha rajin belajar untuk mengejar citacita yang ia inginkan, dia dikenal dengan anak yang aktif dan rajin disekelilingnya meskipun ia terkadang nakal dan juga jahil kepada temantemannya, bahkan terkadangan orang tuanya pun harus sering memarahinnya akantingkah lakunya tersebut, tidak jarang ia harus di pukul dan lain sebagainya.
Bahkanketika muhlis duduk dibangku sekolah dasar ia pernah tidak diperbolehkan untukbermain bersama teman temanya dikarnakan tidak hafal akan perkalian matematikadan juga doa doa sholat, selama seminggu ia harus berusaha menghafalkansemuanya itu dengan selalu melaporkan hafalnya kepada kedua orang tuannya,mulai kecil muhlis selalu didik dalam lingkup keluarga yang disiplin dan religius,akan tetapi muhlis bukanlah anak yang berdisiplin, sehingga ia seringdidisiplinkan oleh ayahnya yang sangat tegas akan mendidik anaknya tersebut,sejak sd hingga sma, muhlis pun selalu mengikuti omongan kedua orang tuanyameskipun terkadang ia lalai akan omongan tersebut.
Beginilah kehidupan muhlis dengan orang tuanya yang tegas dalam mendidik anaknya, iabukan lah berasal dari keluarga yang mampu, muhlis pun sering membantu orangtuanya dirumahnya, kedua orang tuanya seorang mantri didesa tersebut yang dikenal dengan orang orang sekitar meskipun seperti itu, hal tersebut tidak pernah membuat muhlis berbesar hati atau pun berkecil hati, ia tidak pernah maudikatakan anak seorang mantri, ia selalu berusaha menjadi dirinya sendiri, iaberpegang teguh akan prinsipnya yaitu aku.
Muhlis merupakan seorang anak lelaki yang parasnya tidak tampan dengan rambut yang ikal dan tubuh yang kurus tinggi, ia tidak menyukai mengenakan celana jeans sebagaimana kawan kawannya kenakan, ia lebih sering menggunakan celana panjangkain buatan ibunya sendiri, ibunya pun pintar menjahit dan memasak, salah satumasakan ibunya yang ia sukai adalah palopo dan pisang ijo, setiap ada waktuyang luang ibunya tidak jarang membuatkan makanan kesukaan anaknya tersebut.Meskipun tidak jarang muhlis membuat ibunya bersedih akan tingkah lakunya sendiri.
Sekarang,muhlis telah beranjak dewasa yang sembentar lagi akan melajutkan studi keperguruan tinggi seperti yang teman temannya inginkan, berpegang teguh kepadacita cita yang kalian inginkan, seperti kata muhlis kepada kedua teman temanya.Entah pada hari itu apa yang membuat ia tidak tenang, ia hanya diam didalamkamarnya, ia tidak tahu apa yang ia pikirkan ketika itu. Sampai akhirnya ia tertidur pulas didalam kamar kecilnya itu.
Menjelang sebulan menghadapi ujian kelulusan sma, ia hanya menghabiskan waktunya bersama buku buku didalam kamarnya dengan membolak balik lembaran demi lambaran bukubuku tersebut, muhlis bukanlah seorang murid yang pintar seperti halnya ramadan ari yang selalu juara kelas, sehingga muhlis harus sebisa mungkinmemanfaatkan waktu untuk belajar maksimal untuk menghadapi ujian kelulusan smayang sebulan lagi akan ia hadapi, kebiasaannya disetiap sore hari menikamati pemandangan matahari terbenam di dermaga ia kurangi demi mengahadapi ujiantersebut.
Sampai pada suatu malam yang hening menjelang ujian kelulusan ia menghabiskan waktunya belajar hingga larut malam dengan sebuah lampu teplok dikarenakan dirumahnya belumlah memakai listrik sehingga ketika malam hari hanya menggunakan mesindiesel yang diaktifkan sampai pada jam sembilan malam, desa tempat muhlis bermukim merupakan salah satu dari sekian desa kecil yang belum mendapatkan aliran listrik oleh pemerintah akan tetapi desa kecil ini mempunyai sumber dayaalam yang sangat memadai khususnya untuk tempat pariwisata tidak jarang banyak orang yang menjadikan tempat ini sebagai tempat rekreasi diakhir pekan.

0 Masukan:

Posting Komentar