Ads 468x60px

Sabtu, 08 Oktober 2011

Vivere Pericoloso

Tentunya, kita semua masih ingat dengan pidatonya Bung Karno pada 1964 di mana dua suku kata dari bahasa Italia ini beliau ungkapkan. Arti dari vivere pericoloso itu sendiri adalah bahwa hidup itu harus berani menempuh bahaya atau risiko. Ini adalah ungkapan positif dari seorang bapak bangsa. Apa pun risiko dan bahaya di depan, harus bisa kita arungi dengan penuh keteguhan.

Hal ini pun tentunya sedikit berbeda dengan yang sering disalahartikan oleh sebagian orang yang seolah ungkapan tersebut diartikan sebagai hidup secara berbahaya atau living dangerously. Sering juga orang mengartikan bahwa kita harus bersiap-siap untuk hidup dalam masa-masa yang sulit dan berbahaya. Apa pun tafsiran kita, tentu ada hal positif dari isi pesan pidato Bung Karno tersebut bagi kehidupan kita semua sekarang ini.
Saat ini perekonomian dunia sedang memasuki krisis keuangan babak kedua yang merupakan rangkaian dari krisis pada 2008 lalu. Kemungkinan besar tahun depan seluruh umat manusia harus menghadapi badai matahari yang risikonya terhadap kehidupan dunia sangatlah tak bisa kita perkirakan dengan baik. Bisa jadi badai tersebut mengakibatkan kelangkaan pangan akibat kacaunya iklim di berbagai benua. Kita betul-betul tidak tahu secara pasti tentang apa yang terjadi.

Karena itu, mari kita coba buat sedikit skenario tentang kejadian ke depan. Hampir bisa dipastikan bahwa situasi perekonomian dunia pada 2012 akan lebih buruk dibanding sekarang. Sampai akhir tahun ini, mungkin kita masih bisa menikmati pertumbuhan di atas enam persen. Sebuah pencapaian yang hanya sedikit bangsa di dunia mampu meraihnya.
Itu karena pertumbuhan lebih banyak didorong dari dalam negeri. Sektor-sektor nontradable merupakan penyumbang pertumbuhan yang sangat solid. Tak peduli situasi dunia seburuk apa pun, sektor ini tetap tumbuh dengan baik. Modal dasar bangsa ini untuk menghadapi situasi dunia yang memburuk jarang sekali dimiliki bangsa lainnya. Hal tersebut juga merupakan sumbangan dari usaha kecil dan mikro yang sering kita sebut sebagai sektor informal. Baik ketika krisis 1997 maupun 2008, sektor informal merupakan penyangga perekonomian yang sangat tangguh.
Sektor ini juga dikenal sebagai sektor yang mandiri yang hampir tidak banyak dipengaruhi kebijakan pemerintah. Sektor ini tumbuh sebagai mekanisme sosial untuk menolong diri sendiri, menghidupi diri sendiri, dan menyediakan lapangan kerja bagi diri sendiri. Ini mencerminkan ketidakmampuan usaha menengah dan besar dalam menyediakan lapangan kerja secara formal. Rakyat kecil ternyata memiliki ketahanan ekonomi yang luar biasa. 
Tapi, bagaimana kalau krisis global tersebut berlangsung lama dan disertai dengan krisis pangan dunia. Nah, di sinilah masalah utama yang harus kita persiapkan. Nouriel Roubini pernah memperkirakan bahwa pembusukan perekonomian di negara-negara Barat akan berlangsung lambat sampai 2013, hingga berbagai masalah tidak lagi bisa ditangani oleh otoritas mana pun di seluruh dunia.
Sampai saat ini, perkiraan Roubini tersebut masih valid. Satu demi satu negara yang tergabung dalam Uni Eropa berjatuhan dan harus mendapat uluran tangan dari negara tetangganya. Bahkan, Amerika Serikat sendiri hampir saja tak mampu membayar utang jatuh tempo karena pagu utangnya dibajak oleh kubu Republikan yang sangat mengharapkan Obama tidak memiliki kinerja yang baik dalam menyelamatkan perekonomian. Di benua Eropa sendiri, politikus dan masyarakat menjadi terbelah dua, yakni yang pro dan kontra terhadap penyelamatan ekonomi Yunani.
Komprominya adalah penyelamatan Yunani secara parsial yang tentunya tidak cespleng. Yunani, Itali, Spanyol, Portugal, dan Irlandia setiap saat akan dihantui oleh risiko gagal bayar utang sampai masyarakat Eropa mencapai kesepakatan tentang solusi yang menyeluruh. Tapi, solusi itu tidak akan pernah disepakati sampai situasi terburuk terjadi.
Keadaan akan mulai terlihat sangat parah ketika badai matahari membawa efek yang tidak terduga. Kalau seandainya badai ini membawa implikasi terhadap kekeringan di suatu wilayah dan kebanjiran di muka bumi yang lainnya, sangat mungkin krisis pangan dunia akan terjadi. Kalau pada 2008-2009 penanganan krisis menjadi lebih enteng karena harga-harga komoditas di pasaran dunia mengalami kejatuhan yang sangat drastis, bagaimana kalau krisis ekonomi pada 2012 disertai dengan kenaikan harga?
Kenaikan harga dunia akan mempersulit keadaan. Sementara dunia mengalami penurunan pendapatan, di saat yang sama biaya hidup mengalami peningkatan. Di samping itu, negara-negara besar sudah kehabisan amunisi untuk keluar dari krisis. Stimulus fiskal dan moneter sudah digeber habis-habisan, tetapi perekonomian dunia seolah tak bergeming. 
Karena itu, sangatlah sulit untuk mengharapkan negara-negara maju untuk bisa cepat bangkit sehingga kita sebagai bangsa tak boleh sekali-kali mengandalkan situasi eksternal. Kita harus mempersiapkan ketahanan ekonomi domestik. Modal dasarnya sudah ada, yakni kekuatan ekonomi rakyat. Yang belum terlihat secara meyakinkan adalah persiapan langkah-langkah antisipatif oleh pemerintah.
Sebagai komponen masyarakat kita tinggal bertanya kepada pemerintah tentang arti vivere pericoloso. Apakah akan diartikan sebagai hidup secara berbahaya di mana kita tidak sedia payung sebelum hujan. Ataukah akan diartikan sebagai selalu siap dengan situasi yang paling buruk sekalipun. Tolong tanyakan hal ini ke Pak Presiden dan tim ekonominya mumpung Pancasila masih dianggap sakti.

0 Masukan:

Posting Komentar